Manusia tidak mungkin hidup tanpa masalah, dengan masalah kita bisa dipaksa untuk berfikir lebih maju dengan cepat.
Tapi, kadang kala jika terjadi masalah berupa konflik yang berkepanjangan akan menimbulkan malapeta, seperti konflik perang yang dulu pernah terjadi.
Untuk itu, diperlukan manajemen konflik yang baik untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Konten:
Apa yang dimaksud dengan manajemen konflik?
Manajemen adalah cara mengatur orang lain untuk mau membantu mencapai tujuan.
Sedangkan konflik adalah proses sosial antara dua orang / kelompok, dimana antar kelompok ada perselisihan dan ingin saling menyingkirkan satu sama lain.
Manajemen konflik adalah cara, teknik, proses yang dilakukan untuk menyelesaikan sebuah perselisihan antar dua pihak atau lebih. Biasanya dilakukan dengan pendekatan komunikasi antar dua belah pihak.
Dalam sebuah bisnis, manajemen konflik ini sangatlah penting untuk digunakan. Karena, ada banyak kemungkinan konflik kepentingan yang terjadi.
Baik antar karyawan, atasan, atau dengan pesaing bisnis.
Pengertian Manajemen Konflik Menurut Ahli
Adapun pengertian manajemen konflik menurut para ahli memiliki beberapa definisi yang berbeda, yaitu:
1. Manajamen konflik menurut Howard Ross
Langkah yang diambil oleh pelaku atau pihak yang terlibat konflik guna mengarahkan perselisihan kepada arah tertentu untuk menghasilkan atau tidak menghasilkan penyelesaian konflik. Dimungkinkan juga manajemen konflik mungkin atau tidak mungkin untuk menghasilkan ketenangan, kreatif, hal positif dan mendapatkan mufakat atau agresif.
2. Manajemen konflik menurut Minery
Proses rasional yang bersifat interaktif. Maksudnya adalah proses tersebut terjadi dalam jangka waktu yang terus menerus mengalami perubahan dan penyempurnaan hingga mencapai model yang ideal atau representatif.
Apa tujuan adanya manajemen konflik?
Manajemen konflik dalam organisasi setidaknya memiliki beberapa tujuan berikut:
- Meminimalisir dampak yang bisa semakin meluas, jika konflik berkelanjutan.
- Menjaga suasana kondusif dari antara anggota organisasi.
- Meningkatkan kreativitas anggota jika kedepan ada konflik serupa terjadi.
Sebutkan contoh manajemen konflik
Pada dasarnya ada tiga element dalam manajemen konflik, yaitu pihak yang berkonflik, masalah, dan solusi.
Berikut ini adalah contoh real dan cara penyelesaian masalah dengan manajemen konflik yang ada di kehidupan sehari-hari.
1. Contoh manajemen masalah dalam percintaan
Pelaku: pria dan wanita remaja yang pacaran
Konflik:
Ada pria dan wanita yang sedang pacaran, si wanita tersebut memiliki sifat cemburuan. Sehingga setiap pria ini dekat dengan wanita lain maka dia mudah cemburu atau marah.
Padahal, pria ini hanya dekat dengan teman kelasnya saja.
Solusi: pria berusaha memahami sifat dasar wanita, yaitu ingin disayang dan dimengerti. Kemudian bicara baik-baik, dan terus mencoba membuat wanita menjadi lebih dewasa dan memahami keadaan.
2. Contoh manajemen masalah di kantor
Pelaku: karyawan A dan B
Konflik:
Karyawan A adalah contoh teladan, sedangkan karyawan B adalah karyawan biasa saja. Suatu ketika karyawan B menyebarkan isu tidak baik yang menjatuhkan karyawan A.
Sehingga, atasan dan teman sekantor memiliki stigma buruk kepada karyawan A.
Solusi:
Karyawan A membuat klarifikasi dalam bentuk lisan atau mengirim email ke setiap orang untuk menjelaskan kronologi, jika tidak berhasil dia lebih baik resign.
3. Contoh manajemen masalah operasional kantor
Pelaku: pihak marketing dan programmer
Konflik:
Marketing selalu mencari client yang mau membayar aplikasi dengan mahal, untuk itu marketing harus bisa meyakinkan calon pembeli agar mau membuat aplikasi di perusahaannya.
Untuk itu, pihak marketing selalu berkata “over” alias melebih-lebihkan, bahwa perusahaan mampu buat ini, buat itu.
Yang jadi masalah, untuk membuat aplikasi itu membutuhkan alat komputer yang tinggi, tetapi pihak kantor hanya memberi fasilitas seadanya.
Solusi:
Harus ada kompromi dari pihak programmer dengan marketing, dan marketing harus paham bahwa tidak mungkin membuat aplikasi dengan alat dan sdm yang ada. Untuk itu, target penjualan harus diturunkan, karena pihak produksi tidak bisa memenuhi.
Bagaimana strategi cara manajemen konflik yang baik?
Menurut Stevenin terdapat lima langkah mendasar untuk bisa memahami manajemen konflik secara baik.
Seperti pengenalan, diagnosis, menyepakati suatu solusi, pelaksanaan, dan evaluasi.
Dengan kelima dasar ini kita bisa lebih mudah menentukan strategi yang tepat dalam menangani konflik.
1. Pengenalan
Langkah ini dilakukan untuk mengenali permasalahan apa yang dihadapi, siapa saja yang terlibat dalam konflik dan bagaimana keadaan sekitar selama konflik.
Dengan mengenali aspek-aspek tersebut kita sudah memiliki informasi yang diperlukan.
2. Diagnosis
Informasi yang didapat tadi kemudian dianalisa untuk mengatahui apa penyebab konflik yang terjadi.
Kemudian konflik ini termasuk dalam konflik yang seperti apa, apakah konflik horizontal, vertikal atau konflik lain. Tujuan diagnosis ini untuk bisa mendapatkan ‘obat’ dari konflik yang terjadi.
3. Menyepakati Solusi
Setelah didiagnosis kita bisa menentukan strategi apa yang akan digunakan dalam manajemen konflik.
Strategi tersebut kemudian dibicarakan bersama pada pihak yang berkonflik melalui pihak penengah. Jika sudah disepakati maka berlanjut pada pelaksanaan kesepakatan.
4. Pelaksanaan
Dengan kesepakatan yang telah dibuat, pihak-pihak yang terlibat harus menerima dan melaksanakan sebaik mungkin.
Sebisa mungkin dari hasil kesepakatan tersebut tidak menimbulkan potensi terjadi konlik lain. Karena itu langkah terkahir yang diperlukan adalah evaluasi.
5. Evaluasi
Langkah terakhir yang tidak kalah penting adalah evaluasi. Dari evaluasi kita bisa melihat bagaimana pelaksanaan kesepakatan tersebut.
Apakah ada kemungkinan terjadi konflik baru atau tidak. Langakh ini juga bertujuan mendapatkan pendekatan alternatif untuk konflik lain yang mungkin terjadi.
Apa saja jenis-jenis manajemen konflik?
Setelah melalui langkah pengenalan dan diagnosis yang kita lakukan adalah mengelola informasi dari konflik tersebut dan menentukan solusi seperti apa yang sesuai.
Ada 6 tipe pengelolaan konflik yang dapat dipilih dalam menangani konflik yang muncul (Dawn M. Baskerville, 1993:65) yaitu
1. Avoiding
Menghindar biasanya digunakan seseorang atau organisasi yang cenderung untuk menghindari terjadinya konflik.
Hal-hal yang sensitif dan potensial menimbulkan konflik sedapat mungkin dihindari sehingga tidak menimbulkan konflik terbuka.
Cara ini bisa sangat efektif untuk menjaga lingkungan yang kondusif tanpa konflik.
2. Accomodating
Dengan mengumpulkan dan mengakomodasikan pendapat-pendapat dan kepentingan pihak-pihak yang terlibat konflik, kita bisa mencari jalan keluar permasalahan dengan tetap mengutamakan kepentingan pihak lain atas dasar masukan-masukan yang diperoleh.
Namun cara ini masih berpotensi menimbulkan konflik baru sehingga perlu dilakukan evaluasi secara rutin.
3. Compromising
Jika akomodasi cenderung memihak pada pendapat salah satu pihak, berbeda dengan kompromi.
Kompromi merupakan gaya menyelesaikan konflik dengan cara melakukan negosiasi terhadap pihak-pihak yang berkonflik, sehingga kemudian menghasilkan solusi (jalan tengah) atas konflik yang sama-sama memuaskan atau lose-lose solution.
Cara ini paling sering digunakan untuk menyelesaikan sebuah konflik.
4. Competing
Cara ini berarti pihak-pihak yang berkonflik saling bersaing untuk memenangkan konflik, dan pada akhirnya harus ada pihak yang dikorbankan atau kalah kepentingannya demi tercapainya kepentingan pihak lain yang lebih kuat atau yang lebih berkuasa yang biasa disebut win-lose solution.
Cara ini efektif digunakan sebagai strategi cadangan karena butuh tenaga ekstra dan juga kurang efektif saat salah satu pihak lebih kuat.
5. Collaborating
Dengan cara ini pihak-pihak yang saling bertentangan akan sama-sama memperoleh hasil yang memuaskan, karena mereka justru bekerja sama secara sinergis dalam menyelesaikan persoalan, dengan tetap menghargai kepentingan pihak lain.
Singkatnya, kepentingan kedua pihak tercapai sehingga menghasilkan win-win solution.
6. Conglomeration (Mixtured Type)
Cara ini menggunakan kelima style secara bersama-sama dalam penyelesaian konflik. Biasanya digunakan saat konflik yang terjadi tidak hanya satu.
Dengan Konglomerasi setiap konflik yang ada dapat diselesaikan meskipun akan memakan waktu dan tenaga yang besar.